Bincang Pendapat

A post when I should have been busy

I know I have to do my programming study, but let me post this blog of mine in The KOPITES blog.
Yes, I am a fan of this big club, please accept me as I am. *lebay*

==================================================================================================================
As people had put their opinion on starting line up, I would like to do the same with some comments to make it more realistic. Hope you enjoy.

This is how I put our starting line up.

Reina

Johnson      Agger      Skrtel       Enrique

Allen                   Lucas

Gerrard

Coutinho              Suarez

Sturridge

 

Recently, actually I don’t like Reina, but we don’t have any option since Jones doesn’t any better and Gulacsi still in progress. So, he is our only option, hopefully he can get his performance soon.

Johnson, Agger, Sktel, and Enrique, can think any better formation than this. Though Skrtel is still doing his fool defending sometimes, but he can do better if needed. Hopefully, Enrique will always available, since we don’t have much option for left back, he is the only one capable for that, Robinson should learn much more from him. Johnson and Agger are doing great up to now. If nothing happenned, they will always on the line up. Carragher is still great, but considering his age, we know what he got. Coates still has to learn so much from Agger and I think he must strengthen his body, because he is not though enough. Last match with Oldham shows it all. Kelly will always behind Johnson if he is fit enough, Wisdom as well. I bet Wisdom will be our best in 2 years or so.

For midfielder, I still prefer Allen than Henderson, because of his passing skill, agility, and control skill. I realize that he is not in his form recently, but regarding to what he could do, I bet he is working on it everyday. So how about Henderson? For some reason, I prefer him as a Attacking Midfielder, of course if Gerrard is not available. Seeing what he could do in the last match against Arsenal, he is better that way. And Lucas was one of the best we have last year, but due to his injury had made him slowing down recently, he is not as though as he was. He must back to his form so we can trust him all midfield area. With two of them are pushing the ball forward, I put Gerrard as connector between midfield and forwards. We know how much he can do on the pitch. Accurate passing, long and short, super ability to read the game, long strike, and good defense if needed. A perfect player in midfield.

We can let Henderson and Shelvey take his job but they need to learn more from him. Besides, they are still young and has time to improve themselves.

For forward, I want to make it a little bit up for Sturridge because I could see that he is kind a goal ‘getter’ in front of the goal. As we have seen with his two first match. However, he needs to be concern about finishing chances, because hat’s what we need.
We have seen he worked with Suarez, and they are a good pair in front. We are lucky to have Suarez in front or a bit wing move right or left. With the new comer Coutinho, I think we can have a good dance in front ‘south american’ style. Both with good dribble and pace are what we need in front to seize the goal.
We can let Sterling and Downing as a back up player for three of them, and do what they can do. Not to tell that Sterling has a big impact but his lack of determination and passing sometimes make him not filling the hole. As well as for Downing, he had much improved since last year. On top form he will be on the line to fill Coutinho, but if not, I will always put Coutinho.

I know we are put a big hope for the new comer Coutinho as well as I. But, let’s give him time to adapt, I bet he will be a star with his number 10. Let’s forget for a moment our number 9. Or perhaps our number 9 has long gone.

It’s my piece of Rupiah! 😉

================================================================================================================

It’s me!

Advertisement
Categories: Bincang Pendapat | Tags: , | 2 Comments

Mysterious at its fullest

We talk about life then we talk about its mysteriousness.
Maybe sometimes we think we can understand it but mostly we don’t. Perhaps we know nothing about it, that’s why we always try to find something different everyday. Looking for happiness or pursuing happiness as many people say. In fact, life is so mysterious, it always unpredictable in so many ways. You may assume that if you do this you may understand life, if you believe in something you may understand life. But in fact, again, we know nothing about.

Sometimes, we only live our life as everybody does, as everybody wants to be awesome in every way. We may get it somehow, but let’s see the fact again. Perhaps, we know nothing about it. We don’t know what kind of obstacle we will face in the next minute or what kind of accident perhaps that may happen in our way back home or go to work or somewhere else. We do no know. Again, we know nothing about it.

Life as it is mysterious as always, it comes at it fullest if we don’t prepare to face it.
But life will not be exciting as it always, if we know what life would bring us to.

Let’s face the mysterious way of life and take a little adventure while we are still able to face it.

Ah, btw, I forget to say hola to you my friend, give it always to you in every way I can.
Don’t really trust this post because I’m also as mysterious as life, sometimes I don’t know what I had write.

As always,

It’s me

Categories: Bincang Pendapat | Leave a comment

Obama dan Demokrasi Indonesia

Banyak orang berbicara ketika senator Barack Obama dari Illinois mencalonkan diri jadi presiden AS. Komentar yang diberikan bukan saja komentar yang mendukung tetapi juga komentar yang tidak mendukung sama sekali dan menyatakan bahwa itu hanya mimpi belaka. Obama telah menulis buku tentang dirinya dan segala mimpi-mimpinya yang terinspirasi atas mimpi-mimpi ayahnya dulu.

Kejutan besar terjadi kala dalam konvensi yang dilakukan Partai Demokrat AS, Obama mengalahkan calon kuat, yang juga istri mantan Presiden Clinton, Senator Hillary. Semua orang mulai berspekulasi tentang apa yang bakal terjadi di Amerika pasca kemenangan tersebut. Sejumlah orang bahkan pengamat mengatakan bahwa ini buah dari perjuangan demokrasi yang telah dibangun sejak lama oleh Amerika. Obama sering dihubung-hubungkan dengan Marthin Luther King yang merupakan pendobrak Rasialisme yang terjadi di Amerika tahun 60-an. Dalam konferensi yang amat megah, Obama dicalonkan oleh Partai Demokrat sebagai calon Presiden AS. Sejarah untuk pertama kalinya calon presiden bukan orang kulit putih – walau ada berita bahwa keturunan kulit hitam pernah menjadi Presiden – .

Sejarah tentang Obama tidak samapai di situ, 4 Nopember 2008 warga Amerika memilih Obama sebagai Presiden yang merupakan kemenangan mutlak. Obama menang dalam electoral votes dan publical votes. Electoral votes merupakan penentu utama kemenangan seorang calon Presiden menjadi seorang presiden. Maksudnya adalah jika kandidat kalah dalam electoral votes walaupun dia menang dalam publical votes, dia tetap kalah. Unik, tragis, juga kontroversi merupakan hal yang menggambarkan demokrasi Amerika ini. Jadilah Obama akan menjadi Presiden AS yang ke-44 dan yang ke-1 orang kulit berwarna, akan sah pada januari tahun depan.

Lalu apa hubungannya dengan demokrasi Indonesia?
Virus Obama – jika boleh menyebutkan seperti itu – memang membanjiri dunia karena sesuatu hal yang baru pasti membuat publik tertarik. Hal ini juga sampai ke Indonesia, negeri kita tercinta ini. Apalagi notabene Obama pernah tinggal di Indonesia, semasa kecil. Maka makin menjadilah berita tentang Obama di Indonesia. Mulai dari teman satu sekolahnya semasa kecil hingga iklan dan acara televisi yang mungkin terasa janggal di telinga – “Anak Menteng mengubah Dunia” -. Memang terasa berlebihan, tapi itulah kenyataan yang terjadi di Indonesia tercinta ini.

Kemengangan Obama mengalahkan McCain menjadi berita dan cerita yang sampai sekarang atau mungkin beberapa puluh tahun mendatang akan menjadi pembicaraan yang menarik. Di Indonesia, hal ini semakin menggebu-gebu saat tahun depan Indonesia akan memilih pemimpin yang baru untuk bangsa sekaligus memilih para wakil rakyat yang duduk di DPR. Belum lagi soal pemilu-pemilu di tingkat daerah, pasti Indonesia sedang gencar-gencarnya mempersiapkan diri.

Banyak kalangan menilai kemenangan Obama layak ditiru, demokrasi di Amerika layak ditiru, sikap orang Amerika layak ditiru. Hal ini mungkin melihat sepak terjang Obama dan kemenangannya ditambah sikap warga AS setelah pemilu selesai dilakukan. Memang jika dibandingkan dengan apa yang terjadi di Indonesia cukup berbeda apalagi dalam sikap siap kalah. Masyarakat selalu mempermasalahkan hasil-hasil Pilkada dan para calon merasa tidak ada yang kalah. Lalu muncullah perkataan “kapan ya Indonesia bisa seperti Amerka?” – demokrasi –

Jika dikaji, Amerika merasakan yang ada sekarang karena sudah melalui proses yang panjang. Terkadang kita tidak melihat keseluruhan proses yang terjadi, hanya melihathasil dari proses yang telah terjadi. Kita perlu lihat apa yang Amerika lakukan dalah demokrasi mereka. Sebagai catatan Amerika telah merdeka lebih dari 200 tahun dan mereka telah membangun negara mereka berikut juga dengan demokrasi mereka sepanjang kemerdekaan kita.

Jika menyinggung kemenangan Obama sebagai wujud demokrasi Amerika dan morat-maritnya demokrasi Indonesia, saya mengatakan jangan dibandingkan donk. Amerika saja baru bisa menyelesaikan masalah diskriminasi Ras dan Agama setelah Amerika merdeka lebih dari 200 tahun. Gejolak perubahan tentang diskriminasi rasialis pun baru ada 40 tahun yang lalu ketika Marthin Luther King mendobrak hal ini. Bahkan setelah 150 tahun lebih masih ada kasus yang sedemikian besar di Amerika.
Bandingkan dengan Indonesia – jika harus memabaningkan -, kita baru merasakan kemerdekaan, berdiri di kaki sendiri baru 63 tahun. Meskipun perjuangan kita sudah lebih dari ratusan tahun yang lalu, tapi secara resmi kita menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka baru 63 tahun.

Mungkin pertanyaan yang muncul adalah ‘terus kalo begitu, kenapa?’
Bicara soal demokrasi di Indonesia, tentang siapa yang jadi Presiden – apakah hanya dari suku tertentu? agama tertentu? atau yang lainnya – , kita perlu menunggu proses. Memang ada saatnya terjadi revolusi yang besar, tapi jangan terlalu memaksakan revolusi kalau memang tidak siap.
Bicara demokrasi Indonesia mencontoh demokrasi Amerika, sah-sah saja asal memang kita tidak hanya melihat hasilnya saja. Kita harus tetap melihat bahwa semua yang terjadi dalam setiap demokrasi adalah sebuah proses yang tidak instant. Kita mungkin tidak langsung melihat bangsa ini langsung maju, langsung demokratis, tidak ada lagi perselisihan karena SARA, dan lai sebagainya. Semua butuh waktu. Bagian kita adalah melakukan yang terbaik bagi bangsa, tidak korupsi, bangga menjadi bangsa Indonesia, menjunjung tinggi kebhinekaan, dll yang berkenaan dengan itu.

Saya pikir dengan semuanya itu, kita pasti bisa asal kita melakukanya bersama-sama.

Tuhan memberkati Indonesia

Categories: Bincang Pendapat | Leave a comment

Blog at WordPress.com.