Malam menunjukkan pukul 19.45,hanya sedikit orang yang masih asyik bercanda dan menghabiskan waktu bersama di tikar yang masih tergelar.
Sepertinya Firman yang dibagikan hari ini, cukup menegur setiap orang yang masih belum menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan juga secara tegas B’Erick menegur Perkantas yang belum bertobat dalam hal kembali ke gereja Asal. Sekilas saja….
“Ayo pulang” seruku kepada orang-orang yang satu arah denganku. seperti biasa mereka masih punya topik pembicaraan di saat terakhir kalau mau pulang, jadi harus menunggu lagi. Yah….
Waktu terus berjalan, pukul 20.00 kami mulai meninggalkan Cipaku. Sebelum sampai di persimpangan terlihat tawa canda serta pembicaraan serius beberapa orang, seperti biasanya dalam persekutuan kita. Tiga angkot berjejer menunggu kehadiran kami, Caheum-Ledeng, Kalapa-Ledeng, dan satu lagi kurang jelas(Ciroyom-Lembang ato Stasiun-Lembang). Seperti biasa, hanya dua jalur yang terpilih Caheum-Ledeng dan Kalapa-Ledeng. Aku bersama dengan 6 orang yang lain naik Caheum-Ledeng. Perbincangan di Angkot tidak banyak, aku mencoba bertanya kepada seorang teman wanita yang baru kenalan hari ini, kostannya di daerah mana dan sekaligus menawarkan diri untuk mengantarkan pulang ke Sekeloa (sebagai bagian yang dibuat dalam sasaran OH, hehe.. motivasinya itu lho). Sebenarnya dia menolak tetapi aku tak bertanya lebih lanjut sehingga ketika aku tawarkan untuk turun di Simpang Sangkuriang, Ehh… dia bilang mau ke tempat temannya dulu di daerah suci (yah..pengen kenal tapi gak jadi hehe… Just Kidding)
Akhirnya aku putuskan untuk ikut Josep saja dan kami makan malam bersama (Oh.. malangnya harus makan malam bersama cowok Hikss…T_T) Sori Cep..:-)
Makan mie goreng yang salah disajikan oleh penjual, dan berbicara beberapa hal dengan Joseph akhirnya habis juga tuh mie goreng(tapi Joseph gak tuh…Hehe) Aku akhirnya putuskan untuk pulang dan tidak ke rumah Yosep, mengingat kalo sudah berada di sana akan sangat sulit beranjak. Lagian besok ada Quiz berhadiah dari salah satu Dosen:-)
Aku kembali naik angkot Caheum-Ledeng yang hanya diisi oleh sedikit orang. Di kesunyian malam yang menunjukkan pukul 21.00 (kok di dramatisir banget sih..) Angkot melewati gerbang belakang ITB dan terlihat olehku sebuah rambu yang terpasang di pertengahan antara 2 gerbang tesebut(Ngerti gak? Mau?.. Datang donk ke ITB). Rambu yang bertuliskan S dicoret tersebut sepertinya baru dipasang sore tadi karena sewaktu tadi berkeliaran di Kampus tak terlihat olehku(Aalah.. loe aja kali gak perhatiin). Entahlah, tapi terlihat olehku ya baru tadi.
Sebenarnya inti cerita dengan judul kaitannya di sini, panjang ya pengantarnya,hehe jadi seperti Khotbah B’Herbet kemarin. Tapi ini waktunya agak lama, gak nyampe kok 45 menit.
Yang kepikiran langsung saat lihat rambu itu adalah: jadinya minta Pak Supir berhenti(Kiri Payun….) dimana kalo mau ke kampus? kan biasanya berhenti di situ. Memang sih terlihat kalo pagi dan sore ketika kegiatan Kampus mulai dan selesai, selalu ada kemacetan dan itu memang terkadang karena banyak angkot yang berhenti ato ngetem(banyaknya sore sih). Jadinya gimana ya?
Pasti tidak banyak orang yang akan perhatikan hal itu, seperti kebiasaan tidak ada sepertinya orng di Bandung yang berusaha mematuhi rambu bercoret tersebut, baik itu mahasiswa (kalo anak PMK gimana ya?). Hal ini sudah menjadi hal kecil yang sudah mendarah daging, bahkan bagi mahasiswa, yang katanya masih belum ternoda oleh jalur manapun(idealis). Tapi itulah yang terjadi, jadi pengen lihat besok, tapi aku juga masih bingung mau turun dimana neh..(kita ‘kan harus menjadi warga negara yang baik:-))
Intinya sih mari bersama-sama hidup setia dengan hal-hal kecil.
Salam
Hal kecil yang mendarah daging
Categories: Sepenggal Kisah
Leave a comment